BUDI UTOMO LITERASI

MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN DALAM PENULISAN,PENGUATAN BUDAYA LITERASI ADALAH KUNCI MEMAJUKAN NEGERI INI Warisan peradaban agrikultur dan produksi pangan - Media Publikasi

Header Ads

test

Warisan peradaban agrikultur dan produksi pangan


Warisan peradaban agrikultur dan produksi pangan


Pernahkah kita sempat bertanya-tanya kenapa peradaban di Eropa lebih unggul, dengan sejarah penaklukkan yang heroik, dari pada peradaban di Asia tenggara? Faktor apa yang mempengaruhi diferensiasi keunggulan masyarakat Eropa dan Asia? Sederhananya kenapa masyarakat Eropa lebih maju ketimbang kita?

Jika kita memulai jawaban atas pertanyaan tersebut dengan teori genetika bahwa masyarakat Eropa mempunyai gen lebih cerdas dari pada gen masyarakat Asia sehingga mereka yang awalnya sebagai pelopor peradaban berteknologi, melek-aksara, organisasi politik yang tersistematis, intinya Eropa lebih unggul ketimbang kita.

Begitu naif jika kita menjawab pertanyaan diatas dengan satu jawaban mengenai perbedaan genetis manusia. Memang beberapa teori mendukung akan hal itu tapi faktor genetis bukanlah jawaban yang mutlak untuk pertanyaan sederhana tersebut. Lantas faktor apa yang mempengaruhi sejarah peradaban yang berbeda di masing wilayah atau benua?

Jared Diamond, seorang peneliti burung, fisiologi dan biologi evolusioner dalam bukunya Guns, Germs and Steel menjawab pertanyaan sederhana tersebut dengan sejarah peradaban manusia. Faktor yang memepengaruhi perbedaan sejarah peradaban manusia di masing-masing benua adalah awal mula pemanfaatan sistem agriukultur dan masyarakat produksi pangan.

Perbandingan perkembangan sejarah di semua benua berkisar pada tahun 11.000 SM atau 13.000 tahun silam dimana beberapa benua seperti Amerika baru dihuni, zaman es terakhir dan awal pertama kali domestikasi hewan dan tumbuhan beberapa ribu tahun sesudahnya dimulai.

Produksi pangan dan masyarakat agrikultur adalah salah satu syarat kemajuan peradaban manusia dengan dimulainya domestikasi hewan dan tumbuhan yang terseleksi dengan memenuhi beberepa kriteria –mampu dijinakkan, mempunyai waktu bereproduksi singkat dan lainnya– dan terjadinya bentuk kompetitif masyarakat produksi pangan dan pemburu-pengumpul.

Para pemburu-pengumpul merupakan masyarakat primitif dengan teknologi batu yang mereka manfaatkan untuk proses berburu dan mengumpulkan hasil buruan serta kebiasaan untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Berbeda dengan masyarakat produksi pangan yang menetap dan telah mendomestikasi hewan dan tumbuhan dengan pemnfaatan teknologi seperti teknologi irigasi.

Pada masyarakat produksi pangan yang memiliki hewan domestikasi, mampu menghidupi lebih banyak keluarga dengan menyediakan daging, susu, menarik bajak, hasil pertanian dan pupuk untuk kesuburan tanaman. Berbeda halnya dengan para pemburu-pengumpul yang nomaden yang membatasi jumlah populasi kawanan karena keterbatasan sumber daya serta makanan dengan begitu agak sulit bagi mereka untuk membuat suatu inovasi teknologi.

Hal diatas adalah gambaran bagaimana gaya hidup produksi pangan dan agrikultur menimbulkan populasi manusia bertambah dan padat dengan cara menghasilkan lebih banyak makanan yang bisa dikonsumsi ketimbang gaya hidup beruburu mengumpulkan.
Ketika terjadinya ledakan pupolasi masyarakat produksi pangan maka terbentuknya suatu masyarakat kompleks dengan para tenaga spesialis –selain masyarakat yang memproduksi pangan– seperti elit politik, ilmuwan, seniman serta yang lainnya.

Masyarakat pemburu-pengumpul pada umumnya egaliter, tidak punya tenaga spesialis, elit politik, birokrat dan struktur organisasi politik yang kompleks. Sebaliknya masyarakat produksi pangan dengan sumber makanan yang diproduksi secara mandiri dan dapat disimpan, kelompok elit politik dapat mengusai bahan makanan yang dihasilkan oleh orang lain, menerapkan wajib pajak dan meredistribusikan kembali pajak tersebut untuk pemabangunan perdaban dan kesejahteraan atau untuk dirinya sendiri.

Apa yang melatarbelakangi terbentuknya organisai politik pada masyarakat yang memproduksi pangan? Salah satunya adalah terjadinya ledakan jumlah populasi manusia yang memungkinkan adanya kebutuhan pemerintahan terpusat untuk meminimalisir konflik pada masyarakat kompleks tersebut.

Evolusi masyarakat awalnya terbentuk sebagai kawanan dengan jumlah populasi sekitaran lusinan orang dengan gaya hidup nomaden berburu pengumpul, lalu menjadi masyarakat suku yang masih mempertahankan berburu pengumpul dan mencoba gaya hidup agrikultur, kemudian terbentuknya kedatuan dengan jumlah populasi diatas ratusan bahkan ribuan dengan dimulainya kebutuhan akan pemimpin yang terakhir kerajaan.

Jumlah populasi penduduk suatu wilayah dengan produksi pangan saling mempengaruhi perkembangan teknologi, organisasi ekonomi, sosial, politik dan agama.

Dengan meninggalkan budaya berburu pengumpul masyarakat mulai memproduksi bahan pangannya sendiri untuk memenuhi kebutuhan masyarakat lain yang notabenenya memiliki kemampuan spesialisasi kerja. Agrikultur dan produksi pangan adalah salah satu indikasi berkembangnya masyarakat yang memanfaatkan teknologi.

Terbentuknya suatu pemerintahan terpusat pada masyarakat produksi pangan memungkinkan terjadinya unifakasi politik daerah-daerah lain dengan ekspansi dan kolonisasi. Faktor yang mempengaruhi kolonisasi adalah penaklukan dan kebutuhan untuk bersatu dalam mengalahkan musuh dan penjajah lain.

Dengan begitu masyarakat yang memanfaatkan sistem produksi pangan terlebih dahulu dapat mersakan kemajuan lebih awal ketimbang masyarakat yang masih setia mempertahankan gaya hidup berburu mengumpulkan.

Namun proses produksi pangan bukannlah suatu lompatan tetap dan terpisah dari aktifitas berburu mengumpulkan. Aktifitas produksi pangan dan agrikultur adalah sebagai cara dan metode alternatif dalam hal persaingan mencarai bahan pangan.

Kembali ke pertanyaan awal yang diajukan, apakah dengan begitu bukti bahwa masyarakat Eropa lebih awal mengenal sistem produksi pangan dari pada masyarakat Asia tenggara? Atau kita bisa meradikalkan pertanyaan itu menjadi, kenapa bukan masyarakat Asia tenggara atau yang lainlah –selain Eropa– yang memulai produksi pangan?

Hal pertama yang perlu dilihat adalah pada kondisi geografis atau Determinisme Geografis. Perlu dilihat bahwa masyarakat Eurosia (Eropa, Afrika utara, Bulan sabit subur dan China) memiliki kondisi lingkungan, topografi, ketersediaan makhluk hidup yang dapat didomestikasi dan mendukung untuk produksi pangan.

Masyarakat Eurosia dapat dapat lebih dini memproduksi pangan karena tersedianya hewan dan tanaman yang beragam yang dapat didomestikasi sehingga dapat memenuhi gizi merek, melakukan inovasi teknologi dan membentuk organisasi politik karena bertambahnya populasi penduduk.

Berbeda dengan masyarakat Asia tenggara, Aborigin australia, Afrika sub-sahara dan masyarakat asli Amerika yang tidak bisa bergantung pada agrikultur karena faktor geografis sehingga persaingan antara gaya hidup berburu mengumpulkan dan produksi pangan terus berlanjut.

Namun Determinisme Geografis bukanlah hal yang mutlak karena ada faktor lain yang mempengaruhi yaitu penyebaran hasil pangan domestikasi dari daerah awal agrikultur dan produksi pangan ke daerah lainnya yang akan memanfaatkan sistem tersebut.

Memang dengan mengatakan bahwa masyarakat Eropa lebih unggul ketimbang masyarakat Asia tenggara dikarenakan dimulainya aktifitas prosuksi pangan lebih awal di Eropa dengan kondisi Geografis, topografi, serta ketersediaan biota yang dapat didomestikasi yang mendukung adalah bukan satu-satunya pegangan kita dalam melihat sejarah peradaban manusia.
Jared Diamond mengatakan dalam karyanya (Guns,Germs and Steel) bahwa sejarah bukan sekadar rangkaian sialan fakta demi fakta. Sesungguhnya terdapat pola-pola dalam sejarah, dan upaya untuk mendapatkan penjelasan atas pola-pola itu sekaligus produktif dan memukau.
Sumber:
Jared Diamond. Cetakan pertama 2013. “Guns, Germs & Steel : Rangkuman Riwayat Masyarakat Manusia”. KPG (Kepustakaan Populer Gramedia): Jakarta.

   Ditulis oleh :

Yudha Prakasa

No comments