Polemik penghambat penyelesaian pandemic covid-19 di Indonesia
Polemik penghambat penyelesaian pandemic covid-19 di Indonesia
Hampir menjelang dua bulan telah
berlalu, sejak pemberitaan awal dibulan maret tentang kasus teridentifikasi
positif covid-19 pertama kali di negeri ini. Sampai saat ini belum ada
kebijakan dan solusi yang efektif yang dihasilkan oleh pemerintah untuk
penanganan pandemic covid-19 ini, sehingga menjadi tanda tanya besar untuk
pemerintah dalam menangani pandemic ini, mengingat korban positif yang terus
bertambah serta krisis ekonomi yang tinggal menunggu waktu.
Saya mungkin bisa berasumsi
penyebab tidak efektifnya solusi yang dilahirkan pemerintah untuk hal ini ,
entah itu disebabkan oleh pandemic ini yang bersifat dinamis sehingga harus membuat
kebijakan yang dinamis, atau malah diakibatkan karena ketidak pahaman
pemerintah dalam menganalisis bagaimana menyelesaikan pandemic ini, tapi saya
yakin orang-orang yang ada di kursi pemerintahan mempunyai kapasitas untuk
menyelesaikan pandemic ini. Namun ada beberapa hal yang saya amati dan sedang
terjadi di indonesia sampai saat ini, dan itu menurut saya menjadi polemic yang
menghambat proses penanganan pandemic secara efektif di negeri ini.
Hilangnya
sosok seorang pemimpin
Di tengah banyaknya problematika yang
melanda negara hari ini, yang dimulai dari dampak pandemic covid-19 yang
menyebabkan kematian, serta ancaman krisis ekonomi, sampai dampak yang paling
parah kehabisan stok bahan pokok makanan untuk masyarakat bertahan hidup.
Problematika yang terjadi harus
ditangani dengan sistem yang terorganisir dan selaras agar supaya berjalan
dengan efektif, oleh karena itu sangat di butuhkan sosok seorang actor utama
ataupun pemimpin yang mampuh mengorganisir para bawahannya sesuai apa yang dia
perintahkan dan rencanakan, agar kebijakan ataupun aturan yang di ambil tidak
saling berbenturan sebab keselarasan aturan sangat dibutuhkan untuk saat seperi
ini.
Akan tetapi hari ini bisa kita
lihat beberapa kebijakan yang di ambil oleh para stakeholder instansi pemerintahan
yang saling bersebrangan dengan kebijakan stakeholder instansi pemerintahan
lainya sehingga tidak ada sinkronisasi dalam setiap kebijakan yang dihasilkan, alhasil
yang terjadi adalah terhambatnya proses penanganan pandemic covid-19.
Selain diperlukanya sosok seorang
pemimpin yang mampu mengorganisir, solidaritas juga merupakan suautu hal yang
penting dalam menyelesaikan problematika yang terjadi, sebab ketika kita
berbicara masalah sosial maka kita berbicara tentang melibatkan orang banyak.
Oleh karena itu inisiatif dan partisipasi
publik dalam menghadapi covid-19 adalah diperlukannya kesadaran setiap orang
tentang pentingnya kerja sama dan rasa solidaritas itu harus dibangun apalagi
dalam keadaan seperti ini. Namun masih
ada juga fenomena yang menurut saya cukup ironis yang sedang terjadi di negara
sampai saat ini.
Seperti penolakan pemakaman
jenazah korban covid-19 dengan dalih masyarakat bahwasanya jenazah korban yang
terpapar covid-19 berpotensi menularkan virus di wilayahnya, ada juga yang
menolak untuk pembuatan tempat pemakaman umum untuk korban yang meninggal akibat covid-19.
Maka jangan heran ketika angka
positif terus bertambah, yang disebabkan masih banyak orang yang melakukan
kontak fisik dan tidak mendengarkan kebijakan pemerintah tentang physical distancing, social distancing ataupun stay at home, Itulah kemudian beberapa
hal yang menurut saya diakibatkan oleh hilangnya rasa solidaritas dalam
bernegara.
Hilangnya
rasa kepercayaan dalam bernegara
Hilangnya rasa kepercayaan yang
saya maksud disini ialah hilangnya rasa kepercayaan di setiap sektor dalam
bernegara, seperti hilangnya kepercayaan rakyat terhadap pemerintah, pemerintah
sesama pemerintah, dan rakyat sesama rakyat.
Sehingga menurut saya itu menjadi
batu sandungan yang menghambat dan berpengaruh besar dalam penanganan dampak
pandemic covid-19 ini, mungkin beberapa problem yang saya uraikan di atas
adalah hasil dari hilangnya rasa kepercayaan ini, mulai dari aturan yang
tumpang tindih hingga penolakan terhadap korban jenazah covid-19.
Harus kita akui bersama sebelum
terjadinya pandemic covid-19 kita dipertikaikan dengan berbagai macam polemik
entah itu polemik yang disebabkan perpolitikan, ras, budaya dan bahkan agama.
Sehingga menciptakan krisis akan saling percaya pada diri kita dalam bernegara.
Salah satu contoh menurut saya
aturan yang tumpang tindih disebabkan karena hilangnya rasa kepercayaan para
atasan terhadap bawahannya, sehingga harus memuat begitu banyak aturan dan
proses birokrasi yang panjang untuk mengawal proses aktualisasi pelaksanaan di lapangan,
memang aturan itu penting tapi di dalam keadaan seperti ini kita harus mencari
alternative yang efektif, begitupun
dengan hal yang terjadi dalam gerakan penolakan pemakaman terhadap jenazah
korban covid-19, apakah itu disebabkan akibat kurangnya pemahaman masyarakat,
ataukah tidak percayanya masyarakat terhadap pemerintah meskipun otoritas
pemerintahan menyampaikan dalam ilmu sains yang mengatakan bahwasanya virus
akan mati ketika inangnya mati sehingga tidak berpotensi untuk menularkan, artinya
lepas dari semua hal itu, hari ini kita bisa melihat bahwasanya terjadi krisis
untuk saling percaya dalam diri kita untuk bernegara sehingga mengahambat
proses penanganan yang efektif untuk penyelesaian pandemic di negeri ini.
Ditulis oleh :
Mohammad Qadavi Mamonto |
yaa saya sangat sepakat dengan gagasan anda dalam penulisan ini, keren, Lanjutkan!!!
ReplyDeleteTerimakasih ��
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeletemau tanya bolekah saya mengirim tulisan?
ReplyDeleteboleh, untuk deskripsi dan ketentuan naskah tulisan silahkan cek di menu "kirim tulisan anda" di pojok kiri bawah
Delete