BUDI UTOMO LITERASI

MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN DALAM PENULISAN,PENGUATAN BUDAYA LITERASI ADALAH KUNCI MEMAJUKAN NEGERI INI Kancil dan Opportunity Cost - Media Publikasi

Header Ads

test

Kancil dan Opportunity Cost


(Sumber Ilustrasi: CNBC Indonesia)

Di beberapa tempat kita sering mendengar istilah hijrah, mengubah diri atau bahkan istilah menjadi lebih baik, entah itu di kampus-kampus, kafe, tempat kerja, maupun sampai ke media sosial. Istilah-istilah tersebut memiliki tujuan untuk memotivasi seseorang ataupun diri sendiri, namun yang saya lihat sebagian besar orang yang saya temui gagal jika hanya dimulai dengan motivasi tersebut tanpa dibarengi dengan pengetahuan bagaimana caranya agar bisa berubah menjadi lebih baik dari kehidupan yang selalu dililit masalah hutang menjadi bebas finansial, dari masalah nilai IPK kuliah kurang baik menjadi lebih baik, bahkan sampai dari masalah diri sendiri yang menjadi beban orang tua, kemudian berubah menjadi tulang punggung keluarga.

Ada salah satu konsep ekonomi yang pernah saya dengar sewaktu masa SMA di Man Model Manado, yaitu konsep opportunity cost, yang jika diterjemahkan menjadi “biaya kesempatan”. Pengertian dari konsep tersebut sangat sederhana yaitu setiap pilihan yang kita ambil ada keuntungan yang hilang, karena tidak mengambil pilihan alternatif lainnya. Misalnya si Kancil lebih memilih untuk membuka usaha kedai kopi yang memiliki profit 20 juta rupiah per bulannya, yang berarti si Kancil kehilangan kesempatan untuk membuka usaha lain yang mungkin memiliki profit lebih besar, misalnya restoran yang memiliki pendapatan 50 juta rupiah perbulannya, maka opportunity cost yang dimiliki si Kancil adalah 30 juta sebulan. Untuk itu setiap orang selalu memiliki peluang untuk melakukan sesuatu, namun di saat yang sama, setiap orang harus memperhitungkan opportunity cost dimasing-masing pilihan, entah itu keuntungan ataupun kerugian.  

Konsep ini tidak hanya berlaku dalam ruang lingkup ekonomi saja, tetapi bisa sangat berguna juga kepada orang yang memiliki tekad dan niat untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik. Misalnya si Kancil memulai membaca buku di kamar pada tengah malam ketimbang nongkrong-nongkrong dengan teman yang membicarakan teman yang lain, opportunity cost yang didapatkan adalah pengetahuan baru, ketimbang tidak mendapatkan apa-apa dari hasil membicarakan teman lain. Mulai berhenti merokok dan mulai menabung hasil jajan dari orang tua atau pendapatan pribadi, opportunity cost yang dihasilkan Kancil yaitu uang tetap tersimpan dan dijauhkan dari kemiskinan mulai melakukan investasi, dengan memisalkan Kancil mendapatkan uang sebesar 10 juta, apakah uang tersebut akan dibelikan sebuah handpone baru atau diinvestasikan di Reksadana—suatu wadah investasi masyarakat—pasar uang dengan return sebesar 9% pertahun, opportunity cost-nya adalah handpone baru atau pendapatan 900 ribu pertahun sambil rebahan.

Dengan konsep ini kita lebih mudah mengatur keuangan, karena lebih tau mana kebutuhan dan mana hanya sekadar keinginan.  konsep ini juga memudahkan kita mengatur waktu, karena lebih tahu mana yang bermanfaat dan mana yang kurang bermanfaat. Misalnya juga opportunity cost 5 jam rebahan atau 5 jam berdiskusi dengan mendapatkan pelajaran yang baru. Intinya dalam tulisan ini kita harus sadar bahwasanya hidup adalah pilihan dan setiap pilihan mengandung opportunity cost-nya masing-masing, maka setiap mengambil keputusan kita harus tahu dahulu apa opportunity cost dari pilihan yang kita ambil tersebut, sehingga kita tahu dan sadar apa tujuan kita dalam melakukan sesuatu.

Penulis:

Nuzul Bayahi

 

No comments