Merkantilisme dan fisiokrasi
Merkantilisme
Bermula
saat Amerika selatan dijajah
oleh Spanyol, emas dan
perak menjadi harta yang menentukan kekayan suatu bangsa, asumsinya semakin
banyak emas dan perak dalam suatu bangsa maka semakin kaya bangsa tersebut.
Dari asumsi inilah yang melahirkan apa yang disebut Adam Smith sebagai “merkantilisme”.
Secara
sederhana merkantilisme adalah kebijakan ekonomi yang dipakai Eropa pada abad ke-16 sampai ke-18
pada situasi monarki absolut, ciri khas kebijakan ini adalah mewujudkan negara
yang kaya dan berkuasa lewat perdagangan yang dikendalikan oleh negara.
Terutama untuk melindungi industri dalam negara, kegiatan impor dibatasi,
kegiatan ekspor didukung penuh, keuntungan yang diperoleh dari perdagangan
seperti ini dipakai untuk membentuk modal, dan untuk menjamin pasar dan bahan
baku untuk membuat barang.
Misalnya,
sebuah negara dengan kebijakan merkantilis akan membuat suatu kebijakan antara
lain:
1. 1. Memungut pajak yang tinggi dari barang impor.
2. 2. Barang yang boleh diproduksi dalam negeri tidak boleh diimpor.
3. 3. Pajak barang ekspor dikurangi atau dikembalikan.
4. 4. Memberikan insentif ekspor kepada beberapa industri.
5. 5. Memberikan hak istimewa dan hak monopoli dalam perdagangan koloni.
Dari semua
kebijakan di atas ini tidak terlepas dari anggapan awal tadi bahwa semakin banyak
emas dan perak, maka semakin sejahtera suatu bangsa. Karena bisa membeli segala
sesuatu yang ada.
Namun
kebijakan ini menurut Adam Smith (1776) kurang efektif, dikarenakan jika nilai uang banyak, tapi
jumlah barang terbatas, maka nilai uang akan rendah. Inilah yang dinamakan
sebagai teori permintaan supply and demand.
Barang yang
terus diekspor oleh negara menyebabkan masyarakatnya sendiri kehilangan barang
tersebut, karena tidak mampu membeli dengan harga ekspor yang ditawarkan, yang
artinya menyengsarakan rakyatnya sendiri. Kemudian masyarakat dibatasi pada
sebuah kebijakan di mana hanya diizinkan 1 industri saja yang bisa
menjual barang tertentu (monopoli perdagangan), dan melarang impor dari negara
lain (kebijakan ini menjadikan harga terpusat, yang dikendalikan oleh negara),
yang bisa jadi harga barang impor lebih murah ketimbang barang yang diproduksi
dalam negeri sendiri.
Maka demi
kemakmuran negara, sebaiknya kompetisi pasar di dalam dan di
luar negeri dibuat
lebih bebas. Dengan begitu, akan terjadi kompetisi dalam pasar yang
memungkinkan para pemilik modal dan saudagar akan berinvestasi secara efisien
untuk menjual lebih banyak barang secara lebih murah, Harga akan ditentukan
secara alamiah oleh pasar tanpa campur tangan pemerintah yang berlebihan dan
justru tidak membantu kemakmuran negara. Dengan pasar bebas inilah yang
kemudian membentuk suatu konsep berlawanan dengan merkantilisme yaitu tangan
tak terlihat atau invisible hand.
The
invisible hand adalah
usaha individu untuk mengejar kepentingannya ternyata membawa keuntungan bagi
seluruh masyarakat. Sebagai contoh: gojek, nelayan, dan penjual nasi kuning yang bekerja sesuai bidangnya
masing-masing untuk mendapatkan uang, berkat mereka kita bisa bepergian
kemana-mana, makan ikan, nasi kuning tanpa perlu repot-repot mengantarkannya
dan membuatnya secara langsung. Ada empat bagian dalam invisible hand:
1. 1. Individu mengejar keuntungannya secara bebas didalam kompetisi yang imbang.
2. 2. Jumlah barang, harga, dan modal diatur secara alamiah oleh tangan tak terlihat.
3. 3. Semakin banyak barang, maka semakin murah harga yang ditawarkan.
4. 4. Akhirnya, ekonomi berputar dengan lancar dan kesejahteraan negara meningkat.
Merkantilisme > Kebijakan diatur oleh negara
The invisible hand > Bebas secara alami
Fisiokrasi
Ada 2
pemikir yang mendasarkan konsep kebijakan fisiokrasi yaitu Quesnay, dan Turgot.
Quesnay (1694-1774) adalah tabib utama
raja Louis XV, dan
Turgot (1727-1781) adalah Menteri keuangan pada masa raja Louis XVI. Keduanya adalah tokoh
fisiokrasi yang menyuarakan kebijaksanaan ekonomi yang berorientasi pada
industri agrarian. Fisiokrasi mulai populer di Prancis abad ke-18 dan muncul sebagai kritik untuk
kebijakan merkantilis di Prancis, berbeda dengan merkantilisme yang berorientasi pada perdagangan,
fisiokrasi melihat hasil pertanian sebagai indeks kemakmuran negara, dan hanya
industri pertanian yang dianggap produktif.
Sebagai
contoh, petani apel akan mendapatkan 28 buah apel dari sebutir biji yang
ditanamnya. Satu biji apel adalah modalnya, sedangkan 27 buah apel lainnya
adalah surplus (nilai lebih/keuntungan) hasil panennya. Berbeda dengan pengusaha
pabrik, pemasukan yang didapatkan dari penjualan barang dipakai lagi untuk
membeli bahan baku, upah karyawan, biaya hidup sehari-hari dan lain-lain,
sehingga tidak ada sisa dan hanya berjalan di tempat.
Argumentasi
fisiokrat ini dikritik oleh Adam Smith, bagi Smith dia setuju bahwa industri
agrarian itu produktif, tetapi pruduk pabrik juga sangat berguna bagi manusia.
Prancis bisa membuat lebih banyak produk dengan membuat divisi kerja yang
termanajemen dengan baik, atau mengembangkan mesin sehingga bisa dapat
keuntungan yang lebih. Memang berbeda dengan fisiokrat mengenai produktifitas,
tetapi kesamaan bahwa industri bisa membawa kemakmuran bagi negara membuat
mereka lebih akrab dan Adam Smith belajar banyak kepada fisiokrat ini.
Kebijakan
merkantilis di Prancis
membuat suatu hal yang berbeda dan juga bertentangan dengan apa yang disebut
Adam Smith sebagai Invisible hand. Di Prancis yang merupakakan negara agraris ekspor
hasil pertanian dilarang, harga serealia—salah satu jenis pangan utama
di Eropa yang berasal dari bebijian dan bulir—diturunkan, dan standar upah para buruh diturunkan dengan
dalih untuk mendorong perindustrian dalam negeri. Kebijakan ini juga mendapat
kritikan keras dari para fisiokrat, yang mengatakan kebijakan ini membuat lesu
industri pertanian Prancis
karena mengendurkan
semangat dan menghilangkan motivasi para petani dan pemilik lahan.
Laissez
faire et laissez passer
Pada
akhirnya kita bisa melihat bahwa intervensi pemerintah terhadap pasar hanya
akan membawa negara pada suatu kondisi masyarakatnya tidak Makmur, semboyan “Laissez
faire et laissez passer” yang artinya segala kegiatan ekonomi diserahkan ke
pasar, adanya kebebasan dalam kegiatan ekonomi dan minimnya campur tangan
pemerintah. Memaknai sejarah pergulatan intelektual diatas pada kesimpulannya
kemakmuran suatu negara tidak tergantung dari kebijakan pemerintah, tetapi dari
tangan-tangan tak terlihat yang digerakan oleh kepentingan masing-masing untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Semakin bebas regulasi pasar, maka semakin
Makmur suatu negara.
Referensi:
Adam Smith,
CV Global indo kreatif, 2019,”the wealth of nations”
David boaz, Cato institute, 2018, “Alam pikiran libertarian: manifesto untuk kebebasan”
Penulis:
Nuzul Bayahi
Post a Comment