Pada Suatu Hari, Salvador Dali
Pada suatu hari Sigmund Freud tengah
menulis sebuah surat yang ditujukannya pada salah seorang seniman. Sebuah surat
yang berisi mengenai pendapatnya terhadap aliran surealis yang berkembang di
Eropa dan Amerika awal abad ke-20; “Aku pikir para surealis adalah sekumpulan
orang-orang bodoh, namun Salvador Dali, saat pertemuan itu, mengubah pandanganku
terhadap kelompok ini”. Surat itu ditulis sekitar 1938 setelah pertemuan Salvador
Dali dengan idolanya, Sigmund Freud, di London.
Pengaruh Freud pada setiap
karya seorang Salvador Dali begitu terasa. Jika kita coba mencari di mesin
pencarian Google setiap lukisan Dali,
cobalah mengetik keyword: “The Presistence of Memory”. Barangkali
lukisan ini dibuat dengan membingungkan bagi orang awam. Barangkali juga tidak.
Kita tidak lagi akan mengenal batas antara realitas dan ilusi, kesadaran (conscious) dan ketidaksadaran/alam bawah
sadar (unconscious), rasional dan
irasional. Artinya upaya menghilangkan batas-batas itu; illusionistic surrealism.
Sedikit deskripsi, The Presistence of Memory: di atas
kanvas 24 cm x 33 cm, kira-kira sedikit lebih besar dari kertas HVS berukuran
A4, tergambar sebuah lanskap beberapa buah arloji tersebar di gurun tandus.
Satu arloji lunglai di atas dahan pohon kering, satunya lagi dibiarkan masih
utuh sebagaimana arloji pada umumnya, namun sudah dikepungi beberapa semut, dan
yang lainnya seperti meleleh berserakan kemana-mana. Di tengah-tengah lukisan
terdapat makhluk putih, yang tak jelas bentuknya—dikatakan citra makhluk ini
terinspirasi dari lukisan Hieronymus Bosch: “Garden
of Earthly Delights”. Tidak lupa penampakan semenanjung Cap de Creus
Catalonia di sudut belakang lukisan.
Banyak yang mencoba
mengitepretasikan hubungan lukisan tersebut dengan Teori Relativitas Einsten,
ada juga dengan kondisi rasionalisme a.k.a modernisme, mungkin lengkap dengan
humanismenya. Atau juga, secara remeh-temeh, menghubungkannya dengan singkatnya
waktu saat kita tertidur ketimbang saat kita sadar. Secara menyeleruh kita bisa
mengatakan bahwa ini merupakan bentuk kehilangan semua kepastian yang selama
ini telah kita ketahui.
Keterengan mengenai The Presistence of Memory itu dikatakan
Dali saat dia melihat sebuah keju Camembert—keju
Prancis yang terbuat dari susu sapi—yang meleleh yang biasa dimakannya saat
sarapan bersama roti dan saat bersamaan, di kanvas terlihat bentuk arloji
saku miliknya. Lanskap lukisan itu adalah area semenanjung Port Ligat, tempat
kelahirannya. Semacam ada sebuah gambaran utuh yang bersembunyi di balik gambaran
realitas keseharian kita dan Dali mengungkapkannya dengan penuh arti filosofis
di atas kanvas.
Apapun yang diintepretasikan
banyak pengamat mengenai lukisan tersebut, itu sah-sah saja. Paranoia kritis
memberikan ruang bagi setiap karya Dali untuk diintepretasikan secara
berbeda-beda bagi setiap orang tergantung dari kemampuan imajinasinya, tidak
ada benar dan salah. Mungkin ini berlaku bagi karya seni abstrak.
Bagi para surealis pengaruh
Freud begitu kuat; seperti Breton. Dengan menyelami dunia mimpi, alam bawah
sadar itu membawa dorongan aksi kreatif bagi para surealis untuk membebaskannya
di atas kanvas atau medium lainnya. Automatisme membantu untuk memerangkapkan
sumber kreativitas dan imajinasi di dunia ketidaksadaran (mimpi) itu untuk
dicitrakan. Secara menggugah kreativitas tersebut datang dengan pola
pengulangan yang sama secara terus menerus.
Suatu ketika Chuang Tzu
pergi untuk tidur dan bermimpi menjadi seekor kupu-kupu yang terbang dari satu tangkai bunga ke bunga lainnya, ia cukup yakin ia adalah kupu-kupu. Ketika
terbangun ia mendapatkan dirinya masih seorang Chuang Tzu seperti sedia kala.
“Apakah aku Chuang Tzu yang bermimpi menjadi kupu-kupu atau aku sekarang adalah
kupu-kupu yang sedang bermimpi menjadi Chuang Tzu?”
Bagi Dali, dreamlike anxiety merupakan suatu mimpi
buruk yang kita alami adalah sama nyatanya dengan realitas keseharian kita.
Namun psikoanlisa Sigmund Freud tidak membawa Dali untuk cukup konsisten pada surealisme. Berpindahnya Dali dari surealisme (avant-garde) menjadi gaya klasik Renaissance Italia, terlebih ketertarikannya pada Fisika modern.
Dalam Gotteridealen, Burnn menulis: “Pemahaman
spiritual tentang kreasi artistik yang ideal hanya bisa dicapai berdasarkan
analisis menyeluruh... Penyelidikan dengan prinsip artistik yang objektif tanpa
adanya fantasi subjektif sesuai dengan metode karya ilmiah”.
Masa itu (1940 hingga
kematiannya) ketika Dali sudah cukup dikenal dunia sebagai seniman dan
selebriti pop-art. Bagi Andy Warhol,
Dali merupakan pahlawan pop-art. Itu
dimulai saat ia mulai masuk dalam dunia industri Hollywood—kemiskinan membawa
Dali masuk ke komersialisasi seni (Kapitalisme modern).
Ini tidak benar-benar
digambarkan dalam serial film “Money
Heist”; Salvador Dali merupakan simbol revolusi, perlawanan pada sistem
kapitalisme modern.
Mungkin pada surealisme atau
pada aliran avant-garde: dadaisme,
kubisme dan lainnya, bisa dikategorikan sebagai seni yang pada dasarnya
memberontak dan melawan norma yang sudah ada. Namun tidak untuk Dali sendiri.
Keberpihakan politiknya cukup berbeda dengan kelompok surealis lainnya.
Ian Gibson dalam, The Shameful Life of Salvador Dali (1998)
menulis: Dali secara eksplisit mengatakan ia tidak tertarik sama sekali dengan
kondisi politik masa itu. Rupanya secara diam-diam pada beberapa karyanya ia
mengglorifikasi sosok Hitler.
1936 – 1939 merupakan masa
kelam Spanyol dengan perang sipilnya. Dua kubu antara kelompok nasionalis-fasis
Fransisco Franco dan kelompok republik (gerakan kiri) Manuel Azafia saling
berseturu mengumandangkan revolusi Catalonia. Rupanya Franco merupakan bentuk kedekatan
Dali dengan fasisme. Itu semata-mata mencari kemudahan dalam segala sesuatu pada
setiap karirnya. Salvador Dali yang opurtunis.
Namun keberpihakan politik
tidak membikin kita untuk meninggalkan setiap karya Dali, itu adalah suatu
kebebalan yang fatal. Ingat bagaimana Martin Heidegger kala itu mendukung
Nazi, apakah kita meninggalkan setiap pemikirannya?
Setelah menonton beberapa
seri film “Money Heist” aku sempat
berpikir bahwa Salvador Dali adalah simbol revolusi itu sendiri. Mungkin iya, mungkin juga tidak. Gerakan
avant-garde dan surealisme (pada
periode 1920-1940) yang dibawa Salvador Dali lah yang menjadi simbol tersebut.
Setelah dikelilingi kekayaan
dan ketenaran layaknya Robert Downey Jr. Dengan ditandai masuknya ke dunia
industri Amerika. Apa yang tersisa bagi sosok seniman eksentrik Salvador Dali?
Aku akan menceritakan sedikit mengenai revolusi Oktober. Di malam revolusi Oktober
Uni Soviet berlabuhlah sebuah kapal Aurora. Dari atas kapal para pelaut
Bolshevik menembakan meriam dengan peluru kosong ke arah Istana Musim Dingin
kekaisaran Tsar. Tanpa darah bercecaran, mereka berhasil menegakkan revolusi
komunisme Uni Soviet. Ada anekdot yang menyebar di masyarakat Rusia sekarang,
bahwa kapal Aurora mempunyai senjata yang paling dahsyat dan menakutkan dalam
peradaban manusia; sebiji meriam dengan peluru kosong mereka, Bolshevik,
berhasil menancapkan panji revolusi selama hampir 70 tahun.
Salvador Dali memiliki
kemiripan dengan kapal Aurora Bolshevik. Senjata yang dimiliki Dali adalah
sepasang kumis panjang, yang panjangnya hampir mencapai 25 cm. Tanpa kuas ia
akan melukis dengan sepasang kumis tersebut. “Dan ketika aku sedang melukis lalat aku akan berpikir secara filosofis
tentang kumisku, ketika semua lalat dan seluruh keingintahuan pada zamanku
menjadi begitu monoton dan tak terabaikan. Suatu hari mungkin seseorang akan
menemukan kebenaran yang sama anehnya dengan kumis ini, bahwa Salvador Dali
adalah seorang pelukis,” begitulah yang ditulis Dali dalam autobiografinya.
Penulis:
Yudha Prakasa
IG: @yda_prksa
Post a Comment