BUDI UTOMO LITERASI

MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN DALAM PENULISAN,PENGUATAN BUDAYA LITERASI ADALAH KUNCI MEMAJUKAN NEGERI INI Refleksi Makna Filosofis Pancasila - Media Publikasi

Header Ads

test

Refleksi Makna Filosofis Pancasila


Refleksi Makna Filosofis Pancasila



Ditinjau dari fakta historis bangsa Indonesia yang terjadi pada tanggal 1 Juni 1945 yang disebutkan sebagai hari lahirnya pancasila, harus dijadikan titik tolak dalam mengkaji dan mengamalkan nilai-nilai yang ada di dalam pancasila supaya tidak terjadi penafsiran kontroversial tentang hakikat pancasila yang sebenarnya.

Yang menjadi permasalahan saat ini mengapa pancasila tidak diangkat saat maraknya kasus korupsi? Saat di mana para penguasa mengeksploitasi kekayaan alam yang ada di negeri ini oleh keinginan dan kepentingan individu maupun kelompok, bukankah dari semua pertanyaan itu adalah bagian dari anti tesis dari tafsir makna pancasila sesuai cita-cita leluhur terdahulu, maka sangatlah penting bagi kita untuk mengembalikan dan mengamalkan makna nilai-nilai pancasila sesuai dengan apa yang digagas oleh para leluhur. 

Dalam mengkaji balik pancasila, hal pertama yang paling mendasar yang harus kita akui adalah bahwa Pancasila itu merupakan falsafah jiwa bangsa Indonesia.

Maka dari itu di dalam tulisan ini saya akan menjelaskan apa yang dimaksud dengan pancasila dalam kerangka filsafat agar kita dapat memahi mengapa pancasila bisa dikatakan sebagai falsafah bangsa Indonesia, serta apa hal mendasar yang menjadi pemikiran para leluhur kita dalam merumuskan pancasila sebagai ideologi dan filsafat bangsa Indonesia  serta bagaimana cara mengimplementasikan makna pancasila yang seuai dengan  dengan apa yang dicita-citakan para leluhur bangsa Indonesia.

Sejarah lahirnya pancasila
Soekarno adalah proklamator kemerdekaan dan presiden pertama Republik Indonesia sejak tahun 1945-1967. Pidatonya pada tanggal 1 juni 1945 tentu memiliki makna dan dasar filosofis tertentu yang berbeda dengan tokoh bangsa lainnya.

Pada sidang pertama tanggal 1 mei 1945, Soepomo menguraikan 3 teori  syarat berdirinya suatu negara, yaitu, teori individualistis oleh Thomas Hobbes, teori kelas/golongan sosial oleh Karl Marx, serta teori integrallistik oleh Spinoza dan Hegel.

Pada pidato berikutnya Moh.Yamin yang menyatakan bahwa Indonesia baru akan menolak paham, federalisme, feodalisme, autokrasi, monarki,serta demokrasi khas barat. Disini sudah jelas terlihat bahwa ada perbedaan sudut pandang yang terjadi dalam merumuskan dasar filosofis bangsa Indonesia, yang pada akhirnya disepakatilah pancasila yang ditawarkan  oleh Soekarno sebagai filsafat atau jiwa.

Sebelum mengutarakan gagasannya mengenai dasar negara, Soekarno merasa perlu meyakinkan kepada para peserta sidang bawha mereka tidak perlu terlalu pusing memikirkan perkara yang kecil dari pada kemauan untuk merdeka.

Dan pada sidang itu yang dihadiri oleh 62 orang Soekarno mengajukan beberapa pertanyaan, yakni, kita ingin mendirikan Indonesia atas dasar apa? Marxsismekah? Komuniskah? Atau atas dasar apakah?

Kemudian setelah itu Soekarno mengutip perjuangan negara-negara lain , Hitler mendirikan Jerman dengan partai sosialis, Lenin mendirikan Soviet dengan komunis, dan Ibnu al-saud mendirikan Arab Saudi atas dasar islam,  dalam kerangka inilah Soekarno menyebut bahwa dasar negara Indonesia yang dia pikirkan sudah ada di alam renungannya sejak 1918 dan seharusnya sudah mendarah daging dalam semua sanubari rakyat indonesia.

Selanjutnya Sokearno menguraikan dasar-dasar yang kemudian ia sebutkan, yakni, kebangsaan Indonesia, kemanusiaan, musyawarah/mufakat, serta kesejahteraan dan keadilan, kelima prinsip inilah yang disebut dengan pancasila.

Pancasila juga merupakan puncak dari perkembangan pemikiran Soekarno yang selalu mencoba untuk mengawinkan semua ide yang ada dan tumbuh di dalam masyarakat menjadi suatu ide baru yang lebih tinggi tempatnya dan dapat diterima oleh semua elemen penting yang ada.

Pancasila sebagai filsafat bangsa Indonesia
Pancasila adalah filsafat negara yang lahir sebagai cita-cita bersama seluruh bangsa Indonesia. Pancasila dikatakan sebagai filsafat karena merupakan hasil perenungan jiwa yang mendalam yang dilakukan oleh para pendahulu kita , yang kemudian di tuangkan dalam suatu sistem yang tepat.

Natonagoro berpendapat bahwa filsafat pancasila ini memberikan pengetahuan dan pengertian ilmiah yaitu tentang hakikat pancasila.

Jika ditinjau dari segi letak geografis , filsafat pancasila merupakan bagian dari filsafat timur—karena Indonesia digolongkan sebagai negara yang ada di belahan bumi bagian timur.

Sebenarnya ada banyak ketimuran yang termuat dalam pancasila misalnya pada sila pertama yang berbunyi keTuhanan yang maha esa, disini dapat ditarik kesimpulan arti makna yaitu adanya pengakuan tentang keberadaannya Tuhan, ada juga isi sila yang berbicara soal tentang kerakyatan dan juga keadilan sosial yang identik dengan paham “ratu adil” dan seterusnya.

Tetapi pancasila juga memuat pemahaman dari barat seperti: kemanusiaan , demokrasi, dan seterusnya. Sebagai sistem filsafat, pancasila ternyata juga harus tunduk pada formulasi barat yang memang sudah mapan sejak dulu.

Jika ingin pancasila dipertanggung jawabkan secarah sahih, logis dan sistematis maka di dalam pancasila juga harus memuat kaidah filosofis, seperti dimensi ontologis, epistimologis dan aksiologis.

1. Ontologis 
Secara ontologis menurut Natonagoro hakikat dasar ontologi pancasila adalah manusia, karena manusia merupakan subjek pokok hukum yang ada di dalam pancasila, yang mana memiliki sifat mondualis yaitu sebagai makhluk individu sekaligus makhluk sosial , serta kedudukannya sebagai makhluk pribadi yang berdiri sendiri dan makhluk Tuhan.

2. Epistimologis
Secara epistimologi pancasila diupayakan sebagai hakikat suatu sistem yang mencari ilmu pengetahuan, maka dari itu pancasila mendasarkan pandanganya bahwa ilmu pengetahuan tidak bebas nilai karena harus di letakkan pada kerangka moralitas religius dalam upaya untuk mendapatkan suatu tingkatan pengetahuan dalam kehidupan manusia serta membangun  perkembangan sains dan teknologi saat ini.

3. Aksiologis
Secara aksiologis filsafat pancasila pada hakikatnya membahas tentang nilai praksis atau manfaat dari suatu pengetahuan mengenai pancasila.

Aksiologis pancasila ini mengandug arti bahwa kita membahas tentang filsafat nilai pancasila, karena bangsa indonesia harus menjadi pendukung nilai-nilai pancasila.

Sebagai pendukung nilai maka bangsa Indonesia harus mengakui , menghargai, dan menerima pancasila sebagai suatu yang bernilai. Penilaian itu dapat di lihat dari penerapan cara berkehidupan dan sikap tingkah laku dan perbuatan bangsa Indonesia.

 Ditulis oleh:
Muhammad Qadavi Mamonto



No comments